HARI INI HARUS LEBIH BAIK DARI KEMARIN DAN HARI ESOK HARUS LEBIH BAIK DARI HARI INI

Jumat, 31 Desember 2010

PIA AG CAB. 9/D II LANUD WOLTER MONGINSIDI MENGIKUTI PERINGATAN HARI IBU DI SULTRA


Peringatan hari ibu di Sultra berlangsung khidmat. Karena hampir seluruh yang hadir adalah kaum ibu. Tidak ketinggalan dengan yang lain ibu-ibu PIA AG Lanud Wolter Monginsidi (WMI) juga turut hadir dalam acara itu. Acara yang digelar di Aula Pemprov Sultra, kawasan P2ID itu dibuka Gubernur Sultra Nur Alam.
Menurut Bapak H. Nur Alam, fungsi kaum perempuan khususnya ibu dapat lebih dioptimalkan lagi. “memperingati hari ibu ini diharapkan tidak hanya sekadar seremoni saja, tetapi lebih kepada penghayatan nilai-nilai luhur dan semangat perjuangan perempuan”. 
Senada dengan itu Ketua TP PKK Sultra, Ny. Tina Asnawaty Nur Alam mengatakan alangkah bijaknya jika masyarakat dapat memaknai hari ibu dengan penuh semangat pembaharuan. “Apalagi saat ini kesetaraan antara wanita dengan pria telah tercapai”.
Dalam kesempatan ini juga diberikan beberapa penghargaan, yang salah satunya dari Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Penghargaan tersebut antara lain, pelaksana dan pengelola terbaik, juara umum nasional PKK terpadu, dan posyandu terbaik

LANUD WMI IKUTI ZIKIR DAN TAUSHIYAH AKBAR

Dalam rangka memperingati tahun baru Islam 1432 H, melepas tahun 2010 M, dan menyambut tahun baru 2011 M Pemprov Sultra bekerja sama dengan Kanwil Kementerian Agama, TNI, Polri, TP-PKK, Badan Kontak Majelis Ta’lim dan PHBI Prov. Sultra menyelenggarakan zikir dan Taushiyah akbar di Lapangan Parkir Timur MTQ Square Kendari(30/12).

Komandan Lanud WMI Letkol Pnb IGN Wahyu Anggono beserta Seluruh warga Lanud Wolter Monginsidi juga tidak ketinggalan ikut hadir untuk membacakan ayat-ayat suci Al-quran. Acara sendiri dimulai pada pukul 16.00 Wita dan dibuka oleh Gubernur Sultra H. nur Alam SE. Beliau mengajak marilah bersama-sama berdoa untuk keselamatan kita semua untuk menuju hari esok yang lebih baik. Menundukkan kepala mengucap rasa syukur dan mengingat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan.

Dalam acara ini dipandu oleh Syeikh Ali Jaber, Lc, MA, Hafiz Al-Quran yang merupakan kerabat atau cucu penjaga makam Rasulullah SAW dab salah seorang Imam Masjid Nabawi Madinah dan juga sebagai Mubaligh Nasional.

Rabu, 29 Desember 2010

ANJANGSANA IBU-IBU KELOMPOK PENGAJIAN LANUD WMI


Kelompok pengajian ibu-ibu Lanud Wolter Monginsidi (WMI) mengadakan anjangsana ke Panti Asuhan Al-Qodiriyah Kendari (29/12). Dengan dipimpin oleh Ny. Wahyu Anggono acara berlangsung dengan lancar. Acara ini merupakan wujud kepedulian ibu-ibu Lanud WMI terhadap anak-anak Panti Asuhan yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Pihak panti menyambut baik acara ini, mereka berharap acara seperti ini akan terus berkesinambungan. 
Dalam kesempatan ini pihak panti menyampaikan, “Kami tidak pernah melihat besar kecilnya setiap pemberian, tetapi kami melihat nilai keikhlasan dari niat baik ibu-ibu sekalian, semoga hal ini mendapat balasan dari Allah SWT”.

Sabtu, 25 Desember 2010

OPEN HOUSE NATAL DANLANUD WMI

Dalam rangka perayaan hari Natal tahun 2010 Danlanud Wolter Monginsidi (WMI) Letkol Pnb IGN. Wahyu Anggono mengadakan open house di rumah jabatan (25/12). Acara yang dimulai pukul 10.00 Wita berlangsung cukup meriah dan penuh keakraban. Turut hadir dalam acara tersebut Gubernur Prov. Sultra Bapak H. Nur Alam, jajaran TNI Polri dan seluruh warga Lanud WMI.
Dalam acara ini Gubernur menyampaikan rasa bangganya terhadap kesolidan jajaran TNI Polri di wilayah Sultrab ini. “Toleransi dan rasa saling menghormati dan menghargai adalah kunci utama, sehingga sampai saat ini belum ada gesekan-gesekan yang terjadi diantara kita”, tambahnya

Rabu, 22 Desember 2010

SELAMAT HARI IBU


Kubuka album biru penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri, kecil bersih belum ternoda
Pikirku pun melayang dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang tentang riwayatku
Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu ditimang
Nada-nada yang indah slalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku takkan jadi deritanya
Tangan halus dan suci tlah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup tlah dia berikan
O oh bunda ada dan tiada dirimu kau selalu ada di dalam hatiku............



Makna hari ibu adalah suatu kebangkitan kesadaran dan perjuangan kaum perempuan dalam membela hak-haknya. Waktu itu, dua bulan setelah SumpahPemuda, 22-25 Desember 1928. Sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta. Tujuannya untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Misalnya mengupayakan beasiswa bagi anak-anak perempuan, menerbitkan surat kabar untuk perempuan Indonesia memperjuangkan kemajuan kaum perempuan, mengajukan kepada pemerintah agar memperbanyak sekolah bagi anak perempuan, menyediakan dana bagi para janda dan anak yatim. Dan pada akhirnya, sepuluh tahun kemudian, tanggal 22 Desember 1938 ditetapkan sebagai Hari Ibu.

Memberi ibu sekuntum bunga, menyiapkan hadiah kejutan atau memasak untuk ibu, makan bersama di luar rumah, itulah hal-hal yang mungkin bisa dilakukan dalam merayakan Hari Ibu.

Sekarang bagaimana dengan kita seorang Angkatan Udara yang senantiasa jauh dari orang tua?

“Ibu, maafkan segala kesalahan anakmu ini, dengan usia ibu yang semakin senja anakmu ini belum bisa selalu mendampingimu, menyiapkan segala kebutuhanmu dan merawat hari-harimu. Tanpa Ibu saya mungkin tidak akan menjadi seperti ini, Ibu telah melahirkan, membesarkan, dan merawat saya dengan penuh kasih. Saya sadar doa Ibu selalu mengalir terhadap anak-anaknya. Sekali lagi saya mohon maaf yang setinggi-tingginya karena hingga saat ini saya belum bisa memberi ibu sesuatu yang lebih. Meskipun jasa dan perjuangan ibu tidak pernah bisa dihitung dan dibandingkan dengan apapun Tetapi satu hal yang terus tertanam dalam jiwa anakmu ini, barisan doa yang selalu teriring yang tidak akan pernah putus untuk Ibu…. Semoga ibu selalu diberi kesehatan, kekuatan, kenikmatan dan selalu dalam lindungan Nya”.

“Mohon maaf anakmu tidak bisa bersimpuh langsung untuk mencium wangi surga di telapak kakimu, dengan segala keterbatasan anakmu hanya bisa memanfaatkan telepun seluler tua ini”.


Oleh : pentaklanudwmi

Jumat, 17 Desember 2010

PERAYAAN NATAL DI LANUD WMI


Dalam menyambut Natal 25 Desember 2010 Lanud Wolter Monginsidi (WMI) Kendari, mengadakan Ibadah Natal bersama pihak Bandara Udara Halu oleo Kendari. Pelaksanaan Ibadah bertempat di Gereja Sion Kendari II Lanud Wolter Monginsidi Kendari (16/12). Dalam ibadah tersebut dihadiri oleh MPH Sinode Gep Sultra, Ka Bandara Halu oleo Kendari, Bimas Kristen Depag Prov Sultra, Jemaat Gereja tetangga di Konawe  Selatan dan Perwira Lanud WMI. Ibadah perayaan Natal Tersebut di pimpin langsung oleh Pdt Sirajudin Y. R. S,th.

Perayaan ibadah Natal berjalan dengan penuh suka cita, para jemaat dari anak sekolah sampai vocal grup jemaat menaikan puji–pujian dengan sangat baik.. Pada ibadah terebut di tampilkan suatu ilustrasi tentang lahirnya Kristus yang membawa terang dan damai suka cita.

Dalam khotbahnya Pdt Sirajudin Y. R. S,th, megambil 1 ayat dari perjanjian , yang pada intinya menyampaikan pesan kepada seluruh jemaat untuk lebih berbagi dengan lingkungan sekitar dan menjadi terang di segala tempat, sesuai dengan tema yang di usung pada malam itu yaitu “terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia“.

Minggu, 12 Desember 2010

Kurve Bak Air Boro-boro


Bak air boro-boro mungkin masih asing bagi insan TNI Angkatan Udara. Tetapi bagi prajurit Lanud WMI atau insan Angkatan Udara yang pernah berdinas di Lanud WMI, bak air Boro-boro merupakan suatu tempat yang vital bagi kehidupan sehari-hari. Bak air ini sudah berusia bertahun-tahun, merupakan peninggalan Jepang yang berada di Desa Boro-boro yang masih masuk wilayah aset Lanud WMI. Bak air yang bertempat di kaki gunung Boro-boro ini menampung air yang berasal dari gunung yang tersimpan di akar-akar pohon. Dari tempat inilah kebutuhan air seluruh warga Lanud terpenuhi, mulai dari mandi sampai mencuci. Dengan menggunakan pipa-pipa besi yang menyusuri hutan dan perkampungan air dialirkan ke rumah-rumah. Selain untuk warga Lanud, air Boro-boro juga dialirkan untuk masyarakat di Desa-desa sekitar Lanud.
Dipimpin Danlanud WMI Letkol Pnb IGN Wahyu Anggono, kurve dimulai pukul 08.00 Wita sampai dengan selesai pukul 16.00 Wita (9/12). Seluruh anggota Lanud dan juga dibantu masyarakat sekitar ikut ambil bagian bahu membahu membersihkan bak air. Bermula dari ditutupnya saluran masuk, air perlahan-lahan dikeluarkan melalui saluran pembuangan sampai habis. Kurve ini meliputi pembersihan dinding bak, pasir daun dan semua material yang mengotori bak air tersebut.  Mengingat betapa pentingnya kegunaan dari tempat ini maka dengan penuh kesadaran dan semangat pantang menyerah kurve dilaksanakan dengan serius. Peralatan yang digunakan meliputi cangkul, skop, sabit, timba, tali dan lain sebagainya. Kurve berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan. Kegiatan ini merupakan agenda rutin sebagai bentuk perawatan bak air agar tetap terjaga kebersihannya. Selain itu juga merupakan bentuk kepedulian dari Lanud WMI terhadap aset peninggalan sejarah.

Minggu, 05 Desember 2010

SEJARAH LANUD WOLTER MONGINSIDI


SEJARAH LANUD WOLTER MONGINSIDI

Jaman Perang Dunia II
Jaman Perang Dunia II dalam suasana sekitar tahun 1936/1937 Pemerintahan Hindia Belanda khususnya dan dunia pada umumnya dalam suasana perang dan untuk itu pemerintah Hindia Belanda berusaha untuk memudahkan dan mempercepat hubungan antar pasukan-pasukan di daerah-daerah dan dipusat Batavia (Jakara).
Bahwa Pemerintahan Hindia Belanda menganggap salah satu daerah yang termasuk strategis bagi pertahanan utama adalah derah Afdeeling Buton en Laiwoi. Untuk itulah maka pimpinan Pemerintah Hindi Belanda menginstruksikan agar di daerah onder Afdeeling Kendari diadakan suatu lapangan terbang dan lapangan pendaratan darurat pesawat baik pesawat Belanda maupun pesawat sekutu dari luar.
Controleur Van Halsdingan mengadakan suatu musyawarah antara para Zelfbestur Laiwoi di Kendari dan para pimpinan Militer Belanda setempat untuk meninjau salah satu  lapangan luas yang dapat dijadikan lapangan terbang bagi pendaratan pesawat.
Setelah mendapat suara bulat, maka pada bulan Agustus 1937 Controleur Van Halsdingan bersama-sama tuan mali anggota Zelfbestur dan raja Alm. Tekaka berangkat menuju Ambaipua tempat lapangan luas yang disebut lapangan Puulanu (Pohon Agel) untuk meninjau  dari dekat tentang keadaannya. Setibanya di tempat pada sore harinya Controleur bersama rombongan berdiri di atas bukit sebelah utara dari tempat dimana terdapat gudang no. 2 sekarang, kemudian memerintahkan kepada Kepala Kampung untuk mengadakan pengukuran yang merupakan siku tiga. Adapun pengukuranya sebagai berikut :
a.      Dari tempat dimana terdapat gudang no.2 sekarang menjurus lurus ke timur mengikuti bukit sepanjang pinggir kali Wanggu yang panjangny 1000 meter.
b.      Dari tempat dimana terdapat gudang no 2 sekarang menjurus lurus ke selatan sampain kali ulu Konda yang panjangnya 1000 meter.
c.       Dari Ulu Konda, Kali Ulu Konda ke timur bertemu pengukuran pertama yang panjangnya 1000 meter.
Tiap-tiap siku tanahnya digali ± 1 meter, kemudian tanahnya diambil untuk bahan pemeriksaan di Batavia (Jakarta) dan Bandung.
Sekitar tiga bulan kemudian, Controleur mendapat berita resmi dari pusat di Batavia bahwa hasil pemeriksaan tanah baik sekali untuk di jadikan lapangan terbang dan dengan adanya hasil yang memuaskan maka Controleur Van Halsdingan mengerahkan tenaga 1000 orang dengan mandornya saudara Lamuse (Kepala PU Kendari) untuk mengerahkan pembabatan alang-alang dan meratakan bukit-bukit yang panjangnya 2000 meter dan lebar 200 meter.
Pada tanggal 7 Oktober 1938 mendaratlah yang pertama kalinya pesawat AU Belanda dengan selamat. Setelah diadakan percobaan pendaratan yang berhasil dengan baik, maka pada bulan April 1939 datanglah seorang Pozichter Belanda Tuan Tenu dan seorang Amener Tiong Hoa Tjang A yang akan mengerjakan lapangan darurat yang selanjutnya mengukur dengan yang sebenarnya batas-batas  tanah kekuasaan Pangkalan sebagai berikut :
a.      Sebelah barat berbatas dengan Gunung Puurui
b.      Sebelah timur berbatas dengan kali Wai-wai
c.       Sebelah selatan berbatas dengan kali Amba-amba
d.      Sebelah utara berbatas dengan kampung onewila, ambaipua, dan amoito
Pada waktu itu Komandan Detasemennya  Onder Luitenant Van Schalen.

Jaman Pemerintahan Jepang
Pada tanggal 21 Desember 1941 kapal perang Jepang mendarat di Muara Sampara dengan dengan membawa pasukan sebanyak ± 12.000 orang di bawah pimpinan Kapten Jokojama, behitu juga di lapangan terbang Kendari II telah mendarat pesawat Jepang sebanyak 53 buah sehingga pasukan Jepang telah menguasai / menduduki daratan Sulawesi Tenggara. Setelah suasana menjadi tenang, pasukan Jepang berangsur-angsur didatangkan untuk membangun baik jalan-jalan maupun lapangan terbang.
Lapangan terbang Kendari II direhabilitasi kembali dan dirubah arahnya menjadi dari timur ke barat yang panjangnya  1500 meter dan lebar 80 meter. Selain dari lapangan terbang Kendari II dibuat juga beberapa lapangan terbang darurat antara lain adalah :
a.      Lapangan terbang (Sikojo) di Rambu-rambu Boro-boro
b.      Lapangan terbang Tondoahu di Ambesa
c.       Lapangan terbang Tangketada di Kabupaten Kolaka
d.      Lapangan terbang Lawele di Raha Kecamatan Katobu Kabupaten Muna
e.      Lapangan terbang Kampung Baru di Boepinang Kaupaten Buton.

Jaman Pemerintahan NICA (NEDERLAND INDISCHE CIVIL ADMINISTRATIIE)
Setelah Jepang kalah kepada Sekutu, pada tahun 1945 ex. Controleur Kendari Tuan Wolhaaf kembali ke Kendari dengan militer Belanda dan menyusun kembali pemerintahan (NICA) yang baru. Berhubung pemerintahan NICA telah stabil kembali, maka lapangan terbang Kendari II dikerjakan kembali oleh Mayor Van De Werk karena semua baik bangunan maupun lapangan terbangtelah rusak akibat Perang Dunia ke II.

Jaman Kemerdekaan RI
Pengakuan kedaulatan kemerdekaan Indonesia oleh pemerintah Kolonial Belanda maka seterusnya semula sebutan Angkatan Udara Republik Indonesia Serikat selanjutnya menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Pada bulan Oktober 1950 datanglah sebuah pesawat AURI B-25 (Bomber) yang dikemudikan oleh Kapten Udara PGO Noordraven langsung bertugas dan menjabat sebagai Komandan Detasemen Udara Kemdari II.
Dengan datangnya Tuan Sarli Cs yang ditugaskan dari Jakarta untuk mengukur batas-batas tanah Pagkalan Udara dan membuat patok dari beton sesuai penggarisan dahulu. Komandan Detasemen Angkatan Udara Kendari II memerintahkan kepada Alm. Sukendro Sersan Mayor Udara, Kepala Jawatan Teknik Umum Detasemen Angkatan Udara Kendari II, bersama-sama Tuan Sarlin Cs untuk membuat patok dari beton sebagai tanda perbatasan yang tempat-tempatnya sebagai berikut :
a.      Sebelah utara pinggir jalan dekat jembatan kecil di bawah pohon sagu Kampung Onewila
b.      Sebelah barat pinggir jalan raya dekat rumah Ruben Tato.
c.       Sebelah selatan dekat kali wanggu
d.      Sebelah timur diujung lapangan dekat Taman Sari.
Secara sepintas dicatat peranan yang menonjol sejak kemerdekaan adalah sebagai Pangkalan cadangan pada operasi Jaya Wijaya merebut kembali Irian Barat. Tempat mengungsi masyarakat untuk mencari perlindungan pada masa keganasan gerombolan DI/TII Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Dalam tahun 1960 an dimana situasi kacau karena gangguan gerombolan Di/TII serta kondisi transportasi yang sangat sulit diraih oleh masyarakat di Kendari/ Sulawesi Tenggara, maka angkutan udara militer dengan pesawat Dakota AURI sangat membantu Pemerintah daerah terutama bagi pejabat baik militer maupun sipil, termasuk untuk pergi atau datang ke Kendari.
Peranan Pangkalan Udara Kendari II semakin berkembang yang akhirnya sekarang dengan sebutan Lanud Wolter Monginsidi. Disamping berfungsi demi kepentingan Hankam juga berfungsi sebagai Bandara Wolter Monginsidi untuk penerbangan sipil/ komersial dalam rangka menunjang pembangunan bangsa.
Dan berdasarkan Skep Menhub RI No : KP.43 tahun 2010 tanggal 28 Januari 2010 nama Bandara Wolter Monginsidi berubah menjadi Bandara Halu Oleo



KOMANDAN DARI MASA KE MASA

Era Detasemen
1.      PGO NOORDRAVEN/ KAPTEN UDARA (1950-1950)
2.      IRSAN TJOKROJUDO/LMUS (1950-1951)
3.      PUDJI SUHARDONO/ SMU (1951-1951)
4.      SUNANTO/LMUD (1951-1953)
5.      RA. SULAIMAN/ LMUD (1953-1955)
6.      RB. SUKARDJO/ LMUD (1955-1956)
7.      SUNARDI/ LUD (1956-1956)
8.      LEGOWO/ LUD (1956-1957)
9.      R. SUPARMAN/ LUS (1957-1958)
10.  LEGOWO/ LUD (1958-1958)
11.  SUGORO/ KAPTEN UDARA (1958-1958)
12.  RASIDI/ LMUS LOKAL (1958-1959)
13.  R. ENDANG/ LMUS (1959-1961)
14.  SUPRANTIO/ LETKOL UDARA (1961-1962)
Era Lanud
1.      SUNANTO/ KAPTEN UDARA (1962-1964)
2.      ZULKARNAEN/ LUS (1964-1966)
3.      M. KAENDO/ KAPTEN UDARA (1966-1967)
4.      ANTON WANGSAATMAJA/ LUD (1967-1968)
5.      ISNAN/ KAPTEN UDARA (1968-1970)
6.      SOETRIADJI/ KAPTEN UDARA NAVEX (1970-1972)
7.      KASDJAJA/ MAYOR PNB (1972-1975)
8.      SAID BAHMID/ MAYOR PNB (1975-1977)
9.      SOFJAN NUR/ MAYOR PNB (1977-1979)
10.  SABDONO/ MAYOR PNB (1979-1982)
11.  SUKIYATNO/ LETKOL PSK (1982-1986)
12.  S.T. DAGA/ LETKOL PSK (1986-1989)
13.  EDY KUSMANA/ MAYOR PNB (1989-1992)
14.  BAMBANG SUMARDIYONO/ LETKOL LEK (1992-1995)
15.  SUSENO/ LETKOL TEK (1995-2000)
16.  L.L TOBING/ LETKOL TEK (1998-2000)
17.  NUGROHO PS/ LETKOL TEK (2000-2002)
18.  BASKORO ALRIANTO/ LETKOL LEK (2002-2004)
19.  MUHAMMAD IHSAN/ LETKOL PNB (2004-2006)
20.  ANDI HERU WAHYUDI/ LETKOL PNB (2006-2008)
21.  IGN. AGUNG ARYATEJA, S.Sos/ LETKOL PNB (2008-2009)
22.  ARIFIEN SJAHRIR/ LETKOL PNB (2009-2010)
23. IGN. WAHYU ANGGONO/ LETKOL PNB (2010-SEKARANG)