HARI INI HARUS LEBIH BAIK DARI KEMARIN DAN HARI ESOK HARUS LEBIH BAIK DARI HARI INI

Minggu, 05 Desember 2010

SEJARAH LANUD WOLTER MONGINSIDI


SEJARAH LANUD WOLTER MONGINSIDI

Jaman Perang Dunia II
Jaman Perang Dunia II dalam suasana sekitar tahun 1936/1937 Pemerintahan Hindia Belanda khususnya dan dunia pada umumnya dalam suasana perang dan untuk itu pemerintah Hindia Belanda berusaha untuk memudahkan dan mempercepat hubungan antar pasukan-pasukan di daerah-daerah dan dipusat Batavia (Jakara).
Bahwa Pemerintahan Hindia Belanda menganggap salah satu daerah yang termasuk strategis bagi pertahanan utama adalah derah Afdeeling Buton en Laiwoi. Untuk itulah maka pimpinan Pemerintah Hindi Belanda menginstruksikan agar di daerah onder Afdeeling Kendari diadakan suatu lapangan terbang dan lapangan pendaratan darurat pesawat baik pesawat Belanda maupun pesawat sekutu dari luar.
Controleur Van Halsdingan mengadakan suatu musyawarah antara para Zelfbestur Laiwoi di Kendari dan para pimpinan Militer Belanda setempat untuk meninjau salah satu  lapangan luas yang dapat dijadikan lapangan terbang bagi pendaratan pesawat.
Setelah mendapat suara bulat, maka pada bulan Agustus 1937 Controleur Van Halsdingan bersama-sama tuan mali anggota Zelfbestur dan raja Alm. Tekaka berangkat menuju Ambaipua tempat lapangan luas yang disebut lapangan Puulanu (Pohon Agel) untuk meninjau  dari dekat tentang keadaannya. Setibanya di tempat pada sore harinya Controleur bersama rombongan berdiri di atas bukit sebelah utara dari tempat dimana terdapat gudang no. 2 sekarang, kemudian memerintahkan kepada Kepala Kampung untuk mengadakan pengukuran yang merupakan siku tiga. Adapun pengukuranya sebagai berikut :
a.      Dari tempat dimana terdapat gudang no.2 sekarang menjurus lurus ke timur mengikuti bukit sepanjang pinggir kali Wanggu yang panjangny 1000 meter.
b.      Dari tempat dimana terdapat gudang no 2 sekarang menjurus lurus ke selatan sampain kali ulu Konda yang panjangnya 1000 meter.
c.       Dari Ulu Konda, Kali Ulu Konda ke timur bertemu pengukuran pertama yang panjangnya 1000 meter.
Tiap-tiap siku tanahnya digali ± 1 meter, kemudian tanahnya diambil untuk bahan pemeriksaan di Batavia (Jakarta) dan Bandung.
Sekitar tiga bulan kemudian, Controleur mendapat berita resmi dari pusat di Batavia bahwa hasil pemeriksaan tanah baik sekali untuk di jadikan lapangan terbang dan dengan adanya hasil yang memuaskan maka Controleur Van Halsdingan mengerahkan tenaga 1000 orang dengan mandornya saudara Lamuse (Kepala PU Kendari) untuk mengerahkan pembabatan alang-alang dan meratakan bukit-bukit yang panjangnya 2000 meter dan lebar 200 meter.
Pada tanggal 7 Oktober 1938 mendaratlah yang pertama kalinya pesawat AU Belanda dengan selamat. Setelah diadakan percobaan pendaratan yang berhasil dengan baik, maka pada bulan April 1939 datanglah seorang Pozichter Belanda Tuan Tenu dan seorang Amener Tiong Hoa Tjang A yang akan mengerjakan lapangan darurat yang selanjutnya mengukur dengan yang sebenarnya batas-batas  tanah kekuasaan Pangkalan sebagai berikut :
a.      Sebelah barat berbatas dengan Gunung Puurui
b.      Sebelah timur berbatas dengan kali Wai-wai
c.       Sebelah selatan berbatas dengan kali Amba-amba
d.      Sebelah utara berbatas dengan kampung onewila, ambaipua, dan amoito
Pada waktu itu Komandan Detasemennya  Onder Luitenant Van Schalen.

Jaman Pemerintahan Jepang
Pada tanggal 21 Desember 1941 kapal perang Jepang mendarat di Muara Sampara dengan dengan membawa pasukan sebanyak ± 12.000 orang di bawah pimpinan Kapten Jokojama, behitu juga di lapangan terbang Kendari II telah mendarat pesawat Jepang sebanyak 53 buah sehingga pasukan Jepang telah menguasai / menduduki daratan Sulawesi Tenggara. Setelah suasana menjadi tenang, pasukan Jepang berangsur-angsur didatangkan untuk membangun baik jalan-jalan maupun lapangan terbang.
Lapangan terbang Kendari II direhabilitasi kembali dan dirubah arahnya menjadi dari timur ke barat yang panjangnya  1500 meter dan lebar 80 meter. Selain dari lapangan terbang Kendari II dibuat juga beberapa lapangan terbang darurat antara lain adalah :
a.      Lapangan terbang (Sikojo) di Rambu-rambu Boro-boro
b.      Lapangan terbang Tondoahu di Ambesa
c.       Lapangan terbang Tangketada di Kabupaten Kolaka
d.      Lapangan terbang Lawele di Raha Kecamatan Katobu Kabupaten Muna
e.      Lapangan terbang Kampung Baru di Boepinang Kaupaten Buton.

Jaman Pemerintahan NICA (NEDERLAND INDISCHE CIVIL ADMINISTRATIIE)
Setelah Jepang kalah kepada Sekutu, pada tahun 1945 ex. Controleur Kendari Tuan Wolhaaf kembali ke Kendari dengan militer Belanda dan menyusun kembali pemerintahan (NICA) yang baru. Berhubung pemerintahan NICA telah stabil kembali, maka lapangan terbang Kendari II dikerjakan kembali oleh Mayor Van De Werk karena semua baik bangunan maupun lapangan terbangtelah rusak akibat Perang Dunia ke II.

Jaman Kemerdekaan RI
Pengakuan kedaulatan kemerdekaan Indonesia oleh pemerintah Kolonial Belanda maka seterusnya semula sebutan Angkatan Udara Republik Indonesia Serikat selanjutnya menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Pada bulan Oktober 1950 datanglah sebuah pesawat AURI B-25 (Bomber) yang dikemudikan oleh Kapten Udara PGO Noordraven langsung bertugas dan menjabat sebagai Komandan Detasemen Udara Kemdari II.
Dengan datangnya Tuan Sarli Cs yang ditugaskan dari Jakarta untuk mengukur batas-batas tanah Pagkalan Udara dan membuat patok dari beton sesuai penggarisan dahulu. Komandan Detasemen Angkatan Udara Kendari II memerintahkan kepada Alm. Sukendro Sersan Mayor Udara, Kepala Jawatan Teknik Umum Detasemen Angkatan Udara Kendari II, bersama-sama Tuan Sarlin Cs untuk membuat patok dari beton sebagai tanda perbatasan yang tempat-tempatnya sebagai berikut :
a.      Sebelah utara pinggir jalan dekat jembatan kecil di bawah pohon sagu Kampung Onewila
b.      Sebelah barat pinggir jalan raya dekat rumah Ruben Tato.
c.       Sebelah selatan dekat kali wanggu
d.      Sebelah timur diujung lapangan dekat Taman Sari.
Secara sepintas dicatat peranan yang menonjol sejak kemerdekaan adalah sebagai Pangkalan cadangan pada operasi Jaya Wijaya merebut kembali Irian Barat. Tempat mengungsi masyarakat untuk mencari perlindungan pada masa keganasan gerombolan DI/TII Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Dalam tahun 1960 an dimana situasi kacau karena gangguan gerombolan Di/TII serta kondisi transportasi yang sangat sulit diraih oleh masyarakat di Kendari/ Sulawesi Tenggara, maka angkutan udara militer dengan pesawat Dakota AURI sangat membantu Pemerintah daerah terutama bagi pejabat baik militer maupun sipil, termasuk untuk pergi atau datang ke Kendari.
Peranan Pangkalan Udara Kendari II semakin berkembang yang akhirnya sekarang dengan sebutan Lanud Wolter Monginsidi. Disamping berfungsi demi kepentingan Hankam juga berfungsi sebagai Bandara Wolter Monginsidi untuk penerbangan sipil/ komersial dalam rangka menunjang pembangunan bangsa.
Dan berdasarkan Skep Menhub RI No : KP.43 tahun 2010 tanggal 28 Januari 2010 nama Bandara Wolter Monginsidi berubah menjadi Bandara Halu Oleo



KOMANDAN DARI MASA KE MASA

Era Detasemen
1.      PGO NOORDRAVEN/ KAPTEN UDARA (1950-1950)
2.      IRSAN TJOKROJUDO/LMUS (1950-1951)
3.      PUDJI SUHARDONO/ SMU (1951-1951)
4.      SUNANTO/LMUD (1951-1953)
5.      RA. SULAIMAN/ LMUD (1953-1955)
6.      RB. SUKARDJO/ LMUD (1955-1956)
7.      SUNARDI/ LUD (1956-1956)
8.      LEGOWO/ LUD (1956-1957)
9.      R. SUPARMAN/ LUS (1957-1958)
10.  LEGOWO/ LUD (1958-1958)
11.  SUGORO/ KAPTEN UDARA (1958-1958)
12.  RASIDI/ LMUS LOKAL (1958-1959)
13.  R. ENDANG/ LMUS (1959-1961)
14.  SUPRANTIO/ LETKOL UDARA (1961-1962)
Era Lanud
1.      SUNANTO/ KAPTEN UDARA (1962-1964)
2.      ZULKARNAEN/ LUS (1964-1966)
3.      M. KAENDO/ KAPTEN UDARA (1966-1967)
4.      ANTON WANGSAATMAJA/ LUD (1967-1968)
5.      ISNAN/ KAPTEN UDARA (1968-1970)
6.      SOETRIADJI/ KAPTEN UDARA NAVEX (1970-1972)
7.      KASDJAJA/ MAYOR PNB (1972-1975)
8.      SAID BAHMID/ MAYOR PNB (1975-1977)
9.      SOFJAN NUR/ MAYOR PNB (1977-1979)
10.  SABDONO/ MAYOR PNB (1979-1982)
11.  SUKIYATNO/ LETKOL PSK (1982-1986)
12.  S.T. DAGA/ LETKOL PSK (1986-1989)
13.  EDY KUSMANA/ MAYOR PNB (1989-1992)
14.  BAMBANG SUMARDIYONO/ LETKOL LEK (1992-1995)
15.  SUSENO/ LETKOL TEK (1995-2000)
16.  L.L TOBING/ LETKOL TEK (1998-2000)
17.  NUGROHO PS/ LETKOL TEK (2000-2002)
18.  BASKORO ALRIANTO/ LETKOL LEK (2002-2004)
19.  MUHAMMAD IHSAN/ LETKOL PNB (2004-2006)
20.  ANDI HERU WAHYUDI/ LETKOL PNB (2006-2008)
21.  IGN. AGUNG ARYATEJA, S.Sos/ LETKOL PNB (2008-2009)
22.  ARIFIEN SJAHRIR/ LETKOL PNB (2009-2010)
23. IGN. WAHYU ANGGONO/ LETKOL PNB (2010-SEKARANG)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar